Apa Perbedaan Antara Manhaj Muhammadiyah dan Salafi

Perbedaan antara manhaj Muhammadiyah dan manhaj Salafy terletak pada pendekatan, metodologi, dan sikap terhadap interpretasi ajaran Islam, meskipun keduanya sama-sama menekankan kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Berikut adalah perbedaan utama antara keduanya:

  1. Pendekatan terhadap Mazhab
  • Muhammadiyah: Muhammadiyah tidak mengikatkan diri pada mazhab fikih tertentu. Dalam manhaj tarjih-nya, Muhammadiyah lebih fleksibel dan terbuka, mengambil pendapat dari berbagai mazhab yang dianggap paling sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, tanpa terikat pada satu aliran fikih. Muhammadiyah cenderung mencari pendapat yang lebih maslahat bagi umat dalam konteks zaman modern.
  • Salafy: Gerakan Salafy lebih cenderung berpegang pada pemahaman tekstualis dan puritan dari ajaran Islam dengan mengikuti jejak ulama salaf (tiga generasi pertama umat Islam). Mereka sering kali merujuk pada pemahaman ulama dari mazhab tertentu, terutama dari pandangan ulama Salafus Shalih (misalnya, ulama Hanbali seperti Ibnu Taimiyah dan Muhammad bin Abdul Wahhab), dan kurang terbuka terhadap interpretasi modern.
  1. Ijtihad dan Tarjih
  • Muhammadiyah: Manhaj tarjih Muhammadiyah mengutamakan ijtihad kolektif, di mana ulama-ulama Muhammadiyah berkumpul untuk membahas suatu masalah dengan menggunakan prinsip tarjih (memilih pendapat yang lebih kuat) dari berbagai pandangan. Muhammadiyah juga mempertimbangkan faktor konteks dan perkembangan zaman dalam ijtihad mereka.
  • Salafy: Kaum Salafy cenderung lebih berhati-hati dan restriktif dalam menggunakan ijtihad. Mereka lebih mengedepankan taqlid (mengikuti) terhadap pendapat ulama salaf dan lebih jarang menggunakan ijtihad kecuali jika dianggap sangat diperlukan. Mereka juga menolak bid’ah dalam bentuk apa pun, yang menurut mereka adalah segala sesuatu yang tidak ada di zaman Nabi dan salaf.
  1. Pendekatan terhadap Bid’ah
  • Muhammadiyah: Muhammadiyah menolak bid’ah, terutama dalam aspek ibadah. Namun, mereka lebih terbuka dalam hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan modern dan perkembangan sosial, dengan menggunakan prinsip tajdid (pembaruan) untuk menafsirkan ajaran Islam dalam konteks zaman sekarang. Ini termasuk menerima inovasi dalam bidang sains, teknologi, dan budaya, selama tidak bertentangan dengan prinsip Islam.
  • Salafy: Salafy lebih ketat dalam menolak bid’ah dalam segala bentuknya, baik dalam aspek ibadah maupun dalam aspek kehidupan sehari-hari. Mereka sangat fokus pada pemurnian ajaran Islam dan sering kali menolak inovasi-inovasi yang dianggap tidak memiliki dasar dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah serta praktik salafus shalih.
  1. Sikap terhadap Konteks Zaman dan Modernitas
  • Muhammadiyah: Muhammadiyah memiliki prinsip dinamis dan kontekstual, di mana mereka mencoba menafsirkan ajaran Islam dengan mempertimbangkan perkembangan ilmu pengetahuan, sains, dan teknologi. Muhammadiyah menganggap bahwa Islam harus dipahami sesuai dengan tuntutan zaman tanpa menghilangkan esensi ajarannya.
  • Salafy: Kaum Salafy cenderung lebih berhati-hati terhadap modernitas dan perkembangan zaman. Mereka lebih fokus pada mengikuti tradisi yang telah dipraktikkan oleh ulama-ulama salaf dan cenderung menolak interpretasi-interpretasi baru atau modern yang dianggap melenceng dari ajaran Islam yang murni.
  1. Metodologi Pengambilan Hukum
  • Muhammadiyah: Metodologi pengambilan hukum Muhammadiyah menggunakan pendekatan tarjih yang memilih pendapat terbaik dari berbagai mazhab yang dianggap paling sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, serta memperhatikan konteks modern. Muhammadiyah juga mengutamakan musyawarah dan keputusan kolektif melalui ijtihad jama’i.
  • Salafy: Metodologi pengambilan hukum Salafy lebih tekstualis dan literal, sangat mengedepankan pendapat ulama-ulama salafus shalih. Salafy juga lebih cenderung menerapkan prinsip-prinsip fiqh yang ketat, dan tidak banyak memberi ruang bagi ijtihad baru, kecuali dalam situasi yang sangat mendesak.
  1. Organisasi dan Struktur
  • Muhammadiyah: Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang terstruktur dan besar, yang memiliki banyak lembaga pendidikan, sosial, dan kesehatan. Mereka memiliki sistem manajemen yang terorganisasi dengan baik, serta berperan aktif dalam pengembangan masyarakat di berbagai bidang, termasuk pendidikan dan kesehatan.
  • Salafy: Salafy lebih merupakan gerakan keagamaan daripada organisasi formal. Tidak ada struktur organisasi yang terpusat, meskipun terdapat tokoh-tokoh berpengaruh di kalangan Salafy. Gerakan ini lebih terdesentralisasi dan berfokus pada dakwah, baik melalui masjid-masjid, ceramah, maupun media online.
  1. Hubungan dengan Negara dan Politik
  • Muhammadiyah: Muhammadiyah bersikap netral dalam politik praktis, namun terlibat dalam urusan kenegaraan dan sosial dengan cara yang positif. Muhammadiyah berpartisipasi dalam pembangunan bangsa melalui pendidikan, pelayanan sosial, dan kesehatan, tanpa terlibat langsung dalam politik partisan.
  • Salafy: Gerakan Salafy umumnya cenderung menjauh dari politik praktis. Beberapa kelompok Salafy mendukung paham apolitis (tidak terlibat dalam politik), sementara kelompok Salafy lainnya mungkin terlibat dalam politik dengan pendekatan yang lebih konservatif, namun tetap menjaga jarak dari politik partai.

Kesimpulan:
Secara garis besar, Muhammadiyah lebih terbuka terhadap perubahan dan modernitas dengan tetap berpegang pada prinsip Al-Qur’an dan As-Sunnah, sedangkan Salafy cenderung berpegang teguh pada interpretasi tradisional dan puritan dari ajaran Islam sebagaimana dipahami oleh generasi Salafus Shalih. Muhammadiyah berupaya merespons tantangan zaman modern melalui ijtihad kolektif dan tarjih, sementara Salafy lebih fokus pada pemurnian ajaran agama dengan menolak inovasi yang tidak ada di zaman Nabi dan para sahabat.

Penyunting : Zainal Aqib dari berbagai sumber.

Back to top button