Memahami Dunia Anak

وَٱللَّهُ أَخْرَجَكُم مِّنۢ بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْـًٔا وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصَٰرَ وَٱلْأَفْـِٔدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur” (QS. An Nahl: 78)

“Semua bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, ibu bapaknyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani atau Majusi” (HR. al-Bukhari)

Dunia anak adalah dunia yang khas, dunia yang berbeda dengan dunia kita orang dewasa. Bukan hanya dari segi kuantitas saja, melainkan juga dari segi kualitas. Anak bukan orang dewasa berbentuk kecil. Dengan lebih memahami dunia anak, maka sikap kita terhadapnya akan lebih diterima di hati mereka.Langkah kita pun akan lebih tepat dan mengenai sasaran sesuai dengan apa yang kita kehendaki.

Dunia anak adalah dunia bermain. Di mana pun mereka berada, mereka hidup dalam dunia bermain yang indah. Dunia yang penuh keceriaan, spontanitas, imajinatif. Anak akan senang makan, tidak rewel, bila suasananya adalah suasana bermain yang menyenangkan. Kalau suasananya membuat ia stres dan tegang, ia tidak akan pernah senang belajar atau makan. Nah, kesimpulannya, untuk mendekati anak, ciptakanlah suasana bermain yang menyenangkan.

Anak senantiasa tumbuh dan berkembang. Mereka tak cuma tumbuh secara fisik, namun juga berkembang secara psikologis. Pemahaman bahwa anak tumbuh dan berkembang menuntut kita untuk juga bisa memahami ciri setiap tahap perkembangan yang dialami anak.

Artinya, memberikan mainan kepada anak balita tentu berbeda dengan anak batita. Anak adalah peniru yang terbaik. Artinya, dalam mengembangkan kepribadiannya, mereka meniru apa-apa yang dilihatnya dari lingkungan sekelilingnya. Karena mereka melihat orang tuanya sering bertengkar dan marah-marah kepada pembantu di rumah, maka ia akan meniru dan tumbuh menjadi pemarah. Atau menjadi seorang anak yang tumbuh cerdas dan senang belajar, karena melihat budaya yang juga dikembangkan di rumah melalui contoh-contoh orang tuanya yang disiplin. Dalam hal ini, anak sungguh memerlukan keteladanan dari orang-orang di sekitarnya.

Pada dasarnya, anak adalah sosok yang kreatif. Mereka selalu ingin tahu, berani mencoba, tak takut salah, bebas dalam berpikir, dan senang akan hal-hal baru yang senantiasa melekat pada kehidupan anak di mana pun, khususnya anak usia balita.

Memahami dunia anak, seyogyanya mendorong kita untuk menyediakan lingkungan yang menyenangkan agar kreativitas anak terus dapat berkembang dengan optimal, baik dalam bersikap terhadap mereka maupun penyediaan berbagai sarana dan prasarana yang dapat merangsang kreativitas anak. Itulah dunia anak yang perlu kita pahami.

Pemahaman mengenai dunia anak perlu dimiliki semua pihak, mulai dari orang tua di rumah, guru di sekolah, kaum pendidik pada umumnya, pekerja sosial, elite politik, media massa, sampai kepada dunia usaha. Kiranya dengan pemahaman seperti itu, kita akan bisa lebih mampu menciptakan anak menjadi jenius dan cerdas. Negara kita yang besar, kaya dan luas ini sangat membutuhkan lahirnya anak-anak generasi baru yang jenius dan cerdas sebanyak-banyaknya. Mudah-mudahan itu semua bisa terwujud. Insya Allah!

Puisi Dorothy Law Nolte tentang Anak di bawah ini perlu kita camkan.

Jika anak "dibesarkan" ….
dengan celaan, ia belajar memaki,
dengan permusuhan, ia belajar berkelahi,
dengan cemoohan, ia belajar rendah diri,
dengan hinaan, ia belajar menyesali diri,
dengan toleransi, ia belajar memahan diri,
dengan dorongan, ia belajar percaya diri,
dengan pujian, ia belajar menghargai,
dengan perlakuan baik, ia belajar keadilan,
dengan rasa aman, ia belajar kepercayaan,
dengan dukungan, ia belajar nyenangi diri,
dengan kasih sayang, ia belajar menemukan cinta dan kehidupan.

Penulis : Ust. Zainal Aqib, M.Pd (Dosen Universitas Muhammadiyah Lamongan)

Tulisan Terkait

Lihat Lainnya
Close
Back to top button