Menjadi Orang Kaya Yang Saleh – Bag. 1
- Antara Kaya dan Miskin
Telah menjadi ketetapan Allah, bahwa apa yang ada di bumi ini diciptakan berpasang-pasangan; ada perempuan ada laki-laki, ada siang ada malam, ada baik ada buruk, ada kaya dan ada yang miskin. Bukanlah tanpa hikmah ketika Allah menciptakan sesuatu yang saling berlawanan. Diciptakannya perempuan bukanlah sebagai musuh laki-laki namun untuk berpasang-pasangan. Di¬ciptakannya siang agar manusia bisa bekerja, sedangkan malam untuk istirahat. Pun demikian dengan miskin dan kaya. Kita tidak bisa membayangkan bagaimana kiranya dunia ini bila hanya dipenuhi dengan orang-orang kaya saja, atau sebaliknya.
Jadi, kaya dan miskin adalah sunnatullah. Kaya tak
berarti mulia, dan miskin tak berarti hina. Semuanya telah menjadi keketapan Allah yang begitu indah dan penuh hikmah.
Dalam buku Orang Jawa Miskin Orang Jawa Kaya (Masfuk, 2003), Masfuk memberikan beberapa tips berikut :- Bakat orang kaya dan orang miskin tidak jauh berbeda. Masalahnya, mereka beda dalam cara berpikir dan bertindak. Orang kaya berani menempuh cara tertentu untuk sukses. Maka, ikutilah cara-cara mereka.
- Kita harus memiliki suatu pengertian bahwa kaya itu tidak salah, tetapi disisi lain kita juga harus bisa memanfaatkan kekayaan itu sebagai jalan untuk menjalankan perintah-perintah Allah.
- Pertentangan terhadap keinginan menjadi kaya bisa diibaratkan dalam pilihan: Lebih baik mana kaya tetapi tidak selamat, atau miskin tetapi selamat. Perumpamaan ini tidak adil. Yang harus kita dapatkan mestinya : ‘Kaya dan selamat’.
- Jika kita kaya karena berjuang di jalan Allah, maka kita akan selalu ingat bahwa karena Allah-lah kita jadi kaya, sehingga kekayaan yang kita dapatkan itu selalu kita gunakan untuk mendekatkan diri pada-Nya. Janganlah lingkungan terdekat selalu dijadikan sebagai alat pembenar untuk mewakili keseluruhan.
Sebenarnya, kekayaan dan kemiskinan adalah bagian dari ujian Allah bagi hamba-hamba-Nya dan hal itu bergantung pada seberapa besar ikhtiar para hamba. Ada yang berhasil melewati ujian kekayaan dan juga ujian kemiskinan. Namun, banyak juga yang akhirnya gagal menjadi orang kaya, bahkan juga orang miskin.
Bayangkan, satu kesombongan saja bisa menggelincirkan seseorang. Orang kaya yang sombong adalah orang kaya yang buruk. Sebaliknya, orang miskin yang sombong adalah orang yang paling buruk dan dibenci Allah. Jadi, kemuliaan jelas bukan terletak pada kaya atau miskinnya seseorang. Kemuliaan di mata manusia tidak sama dengan kemuliaan di sisi Allah Swt. Karena itu perlu ada semangat perubahan untuk menciptakan suasana kondusif yaitu kemakmuran.