Menjadi Orang Kaya Yang Saleh – Bag. 1
Suatu ketika seseorang meminta Rasulullah saw mendoakannya agar menjadi orang kaya. Beberapa kali Rasul Saw mendiamkannya, namun akhirnya ia mengabulkan permintaan orang tersebut. Orang itu pun menjadi kaya karena usaha ternaknya yang maju. Awalnya ia mulai lalai dalam menjalankan shalat fardhu berjamaah satu waktu. Kemudian, berlanjut ke waktu yang lain, bahkan sampai ia pun meninggalkan shalat karena sibuk dengan kekayaannya. Akhirnya, datang azab Allah yang menghancurkan kembali semua kekayaannya. Ia ternyata tak mampu menjadi saleh ketika diuji dengan kekayaan.
Karena itu, ada hal yang perlu disiapkan ketika mencita-citakan diri untuk menjemput kekayaan. Hal penting itu adalah iman. Sinyal iman kita harus diperkuat di mana pun dan dalam kondisi apa pun kita berada. Kunci utamanya adalah makrifatullah mendekat dan mengenal Allah.
Kekayaan adalah bagian dari ujian Allah, seperti halnya juga kemiskinan. Ada orang yang tidak siap kaya dan lebih banyak lagi yang tidak siap miskin. Orang yang tidak siap kaya berpotensi dihinggapi berbagai penyakit hati. Sebaliknya, orang miskin lebih susah untuk berpenyakit hati sehingga jikalau ada orang miskin yang berpenyakit hati, Allah lebih murka lagi. Bayangkan saja jika ada orang miskin yang sombong, orang miskin yang tidak menegakkan shalat dan tidak mau berdoa kepada Allah, serta orang miskin yang enggan menolong orang lain.
Kisah tadi menjadi ibrah buat kita semua. Boleh jadi kita mengiba-iba kepada Allah memohon doa agar dikayakan. Namun, ketika kaya, kita justru lupa kepada Allah. Bahkan, yang lebih bahaya adalah orang yang menganggap bahwa kekayaan itu semata dari hasil jerih payahnya. Ia menafikan rezeki, kemudahan, dan pertolongan dari Allah. Tentu sifat-sifat seperti itu akan mengundang murka Allah. “Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas),” (QS Ali Imran [3]:27)
Kesalehan dan ketakwaan adalah salah satu daya pendorong untuk mempercepat jemputan rezeki. Rezeki kita kadarnya sudah dituliskan Allah di dalam lauhil mahfuuzh (lembaran dalam kitab nyata milik Allah. Jika kita mohonkan dan kita jemput dengan kesungguhan ikhtiar, Allah akan beri. Jika diiringi dengan kesalehan, Allah akan tambah hingga tanpa batas dari berbagai arah yang tidak kita sangka.
Berlanjut ke Bagian 2…
Penulis : Zainal Aqib